Sabtu, 21 November 2009
Di sebuah kota yang ramai ia merasa kesepian.
Ia berbaring di peraduannya dengan mata memandang dan menerawang langit-langit.
Dalam benaknya ia terus bertanya-tanya sampai kapankah sepi dan sunyi ini terus menempel dan melekat erat pada dirinya?
Menemaninya dan terus menimangnya sampai berada di ujung mimpinya di malam hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan.
Berselang waktu yang tak lama hujan turun memecah keheningannya, petirpun menggoreskan warnanya pada langit yang kelam itu.
Sementara ia tetap setia pada peraduannya, matanya terus memandang menerawang.
Di salah satu pojok peraduannya ia menangkap sesosok bayangan yang tak asing baginya,
yang selama ini ia pikirkan...ia nantikan...ia rindukan...dan ia cintai.
Ya...itu semua hanya bayangan dan angan-angan yang melekat erat dalam benaknya, yang tidak bisa ditangkap atau disentuh dengan inderanya.
Ia lalu memejamkan mata berharap saat itu cepat berlalu, ya...lagi-lagi itu hanya harapan yang saat ini belum bisa ia wujudkan.
Ia berbisik pada dirinya sendiri andaikan saat ini ia lalui bersama kekasihnya pasti kan lebih baik baginya.
Akan lebih indah hidup yang ia rasakan.
Begitulah ia hingga angan-angannya membawanya terbang ke dalam mimpi-mimpinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar